Wednesday, January 30, 2008

Cerpen : Kematian Paman Gober (Seno Gumira Ajidarma)

Dapat bacaan menarik dari Milist PSTC... Menarikk banget... Enjoy it...

Kematian Paman Gober
Oleh: Seno Gumira Ajidarma

Kematian paman gober ditunggu-tunggu semua bebek. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain menunggu-nunggu saat itu. Setiap kali penduduk Kota Bebek membuka koran, yang mereka ingin ketahui hanya satu hal: apakah hari ini Paman Gober sudah mati. Paman Gober memang terlalu kuat, terlalu licin, dan bertambah kaya setiap hari. Gudang-gudang uangnya berderet dan semuanya penuh. Setiap hari Paman Gober mandi uang di sana, segera setelah menghitung jumlah terakhir kekayaannya, yang tak pernah berhenti bertambah.

Begitu kayanya Paman Gober, sehingga ia tak bisa hafal lagi pabrik apa saja yang dimilikinya. Bila terlihat pabrik di depan matanya, ia hampir selalu berkata, "Oh, aku lupa, ternyata aku punya pabrik sepatu." Kejadian semacam ini terulang di muka pabrik sandal, pabrik rokok, pabrik kapal, pabrik arloji, maupun pabrik tahu-tempe. Boleh dibilang, hampir tidak ada pabrik yang tidak dimiliki Paman Gober. Ibarat kata, uang dicetak hanya untuk mengalir ke gudang uang Paman Gober.

Meskipun kaya raya, anggota klub milyarder no.1, Paman Gober adalah bebek yang sangat pelit. Bahkan kepada keluarganya, Donal bebek, ia tidak pernah mewmberi bantuan, meski Donal telah bekerja sangat keras. Malah Donal ini, beserta keponakan-keponakan nya Kwak, Kwik, dan Kwek, hampir selalu diperas tenaganya, dicuri gagasannya, dan hasilnya tidak pernah dibagi. Cendekiawan jenius Kota Bebek, Lang Ling Lung, yang dimuka rumahnya tertera papan nama Penemu, Bisa Ditunggu, pun hampir selalu
diakalinya.

Sudah berkali-kali Gerombolan Siberat, tiga serangkai kelas kakap, menggarap gudang uang Paman Gober, namun keberuntungan selalu berada di pihak Paman Gober. Paman Gober tak terkalahkan, bahkan oleh Mimi Hitam, tukang tenung yang suka terbang naik sapu. Sudah beberapa kali Mimi Hitam berhasil merebut Keping Keberuntungan, jimat Paman Gober, namun keping uang logam kumuh itu selalu berhasil direbut kembali. Tidak bisa dipungkiri, Paman Gober memang pekerja keras. Masa mudanya habis di lorong-lorong gua emas. Sebuah gunung emas yang ditemukannya menjadi modal penting yang telah melambungkannya sebagai taipan tak tersaingi dari Kota Bebek.

Suatu hal yang menjadi keprihatinan Nenek Bebek, sesepuh Kota Bebek yang mengasingkan ke sebuah pertanian jauh di luar kota, adalah kenyataan bahwa Paman Gober dicintai kanak-kanak sedunia. Paman Gober menjadi legenda yang disukai. Paman Gober begitu rakus. Paman Gober begitu pelit. Tapi ia tidak dibenci. Setiap kali ada orang mengecam, menyaingi, pokoknya mengancam reputasi Paman Gober sebagai orang kaya, justru orang itu tidak mendapat simpati. Paman Gober bisa menangis tersedu-sedu meski hanya kehilangan uang satu sen. Ia sama sekali bukan tokoh teladan, tapi mengapa ia bisa begitu dicintai? "Dunia sudah jungkir balik," ujar Nenek Bebek kepada Gus Angsa, yang meski suka makan banyak, sangat malas bekerja. Namun Gus Angsa sudah tertidur sembari bermimpi makan roti apel.

"Suatu hari dia pasti mati," ujar Kwik.
"Memang pasti, tapi kapan?" Kwak menyahut.
"Kwek!" Hanya itulah yang bisa dikatakan Kwek.

Dasar bebek.

Begitulah, setiap hari, Lubas, anjing dirumah Donal, membawa Koran itu dari depan pintu ke ruang tengah.

"Belum mati juga!"

Donal segera membuang lagi Koran itu dengan kesal. Karena memang tiada lagi berita yang bisa dibaca di Koran. Banyak kabar, tapi bukan berita. Banyak kalimat, tapi bukan informasi. Banyak huruf, tapi bukan pengetahuan. Koran-koran telah menjadi kertas, bukan media.

Semua bebek memang menunggu kematian Pman Gober. Itulah kabar terbaik yang mereka harapkan terbaca. Paman Gober sendiri
sebenarnya sudah siap untuk mati. Maklumlah, sebagai generasi tua di Kota Bebek, umurnya cukup uzur. Untuk kuburannya sendiri, ia telah membeli sebuah bukit, dan membangun mausoleum di tempat itu. Jadi,bukannya Paman Gober tidak mau mati. Ia sudah siap untuk mati.

"Mestinya, bebek seumur saya ini, biasanya ya sudah tahu diri, siap masuk ke liang kubur. Makanya, ketika saya diminta menjadi Ketua Perkumpulan Unggas Kaya, saya merasakan kegetiran dalam hati saya, sampai beberapa lama saya bisa bertahan? Apa tidak ada bebek lain yang mampu menjadi ketua?"

Kalimat semacam itu masuk ke dalam buku otobiografinya, Pergulatan Batin Gober Bebek, yang menjadi bacaan wajib bebek-bebek yang inginsukses.
Hampir setiap bab dalam buku itu mangisahkan bagaimana Paman Gober memburu kekayaan. Mulai dari harta karun bajak laut, pulau
emas, sampai sayuran yang membuat bebek-bebek giat bekerja, meski tidak diberi upah tambahan. Bab terakhir diberi judul Sampai Kapan Saya Berkuasa?. Memang, Paman Gober adalah ketua terlama Perkumpulan Unggas Kaya. Entah kenapa, ia selalu terpilih kembali, meski pemilihan selalu berlangsung seolah-olah demokratis. Begitu seringnya ia terpilih, sampai-sampai seperti tidak ada calon yang lain lagi.

"Terlalu, masak tidak ada bebek lain?"

Paman Gober selalu berbasa-basi. Namun, entah kenapa, kini bebek-bebek menjadi takut. Paman Gober, memang, terlalu berkuasa dan terlalu kaya. Setiap hari yang dilakukannya adalah mandi uang. Ketika Donal Bebek bertanya dengan kritis, mengapa Paman Gober tidak pernah peduli kepada tetangga, bantuan keuangannya kepada Donal segera dihentikan.

"Kamu bebek tidak tahu diri, sudah dibantu, masih meleter pula."
"Apakah saya tidak punya hak bicara?"
"Bisa, tapi jangan asal meleter, nanti kamu aku sembelih."
"Aduh, kejam sekali, menyembelih bebek hanya dilakukan manusia."
"Ah, siapa bilang bebek tidak kalah kejam dari manusia."
"Lho, manusia makan bebek, apakah bebek makan manusia?"
"Yang jelas manusia bisa makan manusia."
"Tapi Paman mau menyembelih sesame bebek, apakah sudah mau
meniru sifat manusia?"

Paman Gober mempunyai banyak musuh, namun Paman Gober suka memelihara musuh-musuh yang tidak pernah bisa mengalahkannya itu,
justru untuk menunjukkan kebesarannya. Paman Gober sering muncul di televisi. Kalau Paman Gober sudah bicara, kamera tidak berani putus, meskipun kalimat-kalimatnya membuat bebek tertidur. Paman Gober selalu menganjurkan bebek bekerja keras, seperti dirinya, dan Paman Gober juga semakin sering menceritakan ulang jasa-jasanya kepada
warga Kota Bebek.

"Coba, kalau aku tidak membangun jalan, air mancur, dan monumen, apa jadinya Kota Bebek?"

Tidak ada yang berani melawan. Tidak ada yang berani bicara.

"Paman Gober," kata Donal suatu hari, kenapa Paman tidak mengundurkan diri saja, pergi ke pertanian seperti Nenek, menyepi, dan merenungkan arti hidup? Sudah waktunya Paman tidak terlibat lagi dengan urusan duniawi."

"Lho, aku mau saja Donal. Aku mau hidup jauh dari Kota Bebek ini. Memancing, main golf, makan sayur asem, dan membaca butir-butir falsafah hidup bangsa bebek. Tapi, apa mungkin aku menolak untuk dicalonkan? Apa mungkin aku menolak kehormatan yang segenap unggas? Terus terang, sebenarnya sih aku lebih suka mengurus peternakan."

Maka hari-hari pun berlalu tanpa penggantian pimpinan. Demokrasi berjalan, tapi tidak memikirkan pimpinan, karena memang hanya ada satu pemimpin. Segenap pengurus bisa dipilih berganti-ganti, namun kedudukan Paman Gober tidak pernah dipertanyakan. Para pelajar seperti Kwik, Kwek, dan Kwak menjadi bingung bila membandingkannyadengan sejarah kepemimpinan kota lain. Kota Bebek seolah-olah memiliki pemimpin abadi. Generasi muda yang lahir setelah Paman Gober berkuasa bahkan sudah tidak mengerti lagi, apakah pemimpin itu memang bisa diganti. Mereka pikir keabadian Paman Gober sudah semestinya.

Dan itulah celakanya kanak-kanak mencintai Paman Gober. Riwayat hidup Paman Gober dibikin komik dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Bebek terkaya yang sangat pelit dan rakus ini menjadi teladan baru. Nenek Bebek tidak habis pikir, mengapa pendidikan, yang mestinya semakin canggih, membolehkan budi pekerti seperti itu. Generasi muda ingin meniru Paman Gober, menjadi bebek yang sekaya-kayanya, kalau bisa paling kaya di dunia.

"Paling kaya di dunia?" Kwak bertanya.
"Iya, paling kaya di dunia," jawab Nenek Bebek.
"Apakah itu hakikat hidup bebek?"
"Bukan, itu hakikat hidup Paman Gober."

Sementara itu, nun di gudang uangnya yang sunyi, Paman Gober masih terus menghitung uangnya dari sen ke sen, tidak ditemani siapa-siapa. Matanya telah rabun. Bulunya sudah rontok. Sebetulnya ia sudah pikun,
tapi ia bagai tak tergantikan.

Semua bebek menunggu kematian Paman Gober. Tiada lagi yang bisa dilakukan selain menunggu-nunggu saat itu. Setiap kali penduduk Kota Bebek membuka koran, yang ingin mereka ketahui hanya satu: apakah hari ini Paman Gober sudah mati. Setiap pagi mereka berharap akan membaca berita Kematian Paman Gober, di halaman pertama.


Jakarta, 16 Agustus 1994

Monday, January 28, 2008

Serangan Flu Part II

Setelah hampir seminggu akhirnya Rara sembuh juga dari Flu. Tapi masih lom se,buh total nih... masih ada sisa batuk. Kalau batuk nya lagi kambuh haduh kasian... Kadang bisa sampe muntah... Ngeluarin lendir mungkin...

Tapi koq sekarang flu nya jadi kmana2 ya hehehehe...
Mai Gorgeous Man (a.k.a suami) jadi ikut2an pilek. Eyang Uti juga malah kena batuk yang lumayan parah. Nah looo... Masa anak bayi nularin ke yang gede hehehehe. Untung bunda nga ikut2an sakit. Padahal sempet agak drop, badan agak2 lemas n nga semangat. Kalau Rara tidur nya nga tenang bunda harus indung2in. Tapi alhamdulillah nga ikut sakit. Kalo ikutan sakit... wadohhh sungguh bahayaa...

Mudah2an cepat sembuh semua deh...
Eyang Uti aja sampe kangen belum berani cium2 Rara hwehehehe...

Tuesday, January 22, 2008

Serangan Flu

Udah hampir 5 hari Rara kena flu (demam + batuk + pilek). Ini pertama kalinya Rara sakit. Imunisasi aja nga pernah demam. Kasian sekali ya lihat anak Bayi sakit :(. Padahal Rara jarang di ajak keluar, di rumah juga nga ada yang sedang flu. Memang cuacanya sedang nga bagus mungkin.

Badan Rara mulai hangat sore, habis mandi. Malam nya tidur nya nga pernah pules, sampai tengah malam sudah panas sekali Rara minum Tempra Drops. Habis minum obat lumayan, tidur nya jadi agak lama dan mau di taruh di kasur. Sebelumnya susaaahhh banget mo di tidurin di kasur. Sudah tidur di tangan waktu mau di taruh eh nangis lagih... Haduhhh kasian sekali siy kamu nak. Bunda ma Ayah begadang nungguin Rara.

Hari Sabtu seperti nya tambah parah. Tadinya Bunda nga mau terlalu banyak kasih obat2an ke Rara. Tapi karena udh agak parah flu nya jadi dibawa ke dokter juga deh.

Setiap subuh Rara pasti bangun. Badannya panas, jadi tidur nya nga tenang. Waktu tidur, Bunda taruh guling disebelah Rara supaya Rara nga bisa tengkurap. Kalau sampai tengkurap pasti tau2 nangis. Mungkin karena nga bisa napas, hidungnya tersumbat.

Sampai hari Minggu kemarin makannya susaaahhh banget. Untung masih wiken, jadi Bunda bisa full nyusuin Rara. Kemarin pun Bunda nga kerja. Takutnya Rara masih nga mau makan. Alhamdulillah hari Senin Rara sudah mulai mau makan walaupun nga sebanyak biasanya. Itupun bubur nya harus di campur dengan air putih supaya Rara mau buka mulut dan supaya gampang ditelan. Jadi setengan bubur, setengahnya lagi air. Nga apa-apa deh nak makannya nga terlalu banyak. Yang penting ada makanan yang masuk ke perut.

Alhamdulillah sekarang flu nya Rara sudah agak mendingan. Rara sudah mulai ceria lagi. Haduhhh badannya enakan sedikit langsung deh bawaan nya mau becandaaa terus. Tinggal Bunda nya yang ketar ketir, takut Rara kecapean n panas tinggi lagi.

Cepat sembuh ya nak... Supaya bisa main2 sama Aybun n Eyang Ti n Eyang Kakung di rumah.

Thursday, January 3, 2008

Resolusi 2008 - Came Earlier ^_^

Pupus lah sudah niat datang kantor lebih pagi di tahun yang baru. Hari pertama masuk di tahun baru di sambut dengan hujan. Waktu yang tepat untuk bermalas-malasan hwehehehe. Eh.. bener aja, pagi-pagi udah bangun eh tidur lagih. Manah my baby juga kalo bangun siang. Jadi bablas lah sampe jam 8 lewat. Maapkan sayah bapak-bapak boss sayah datang siang :D.

Hari ini sebenarnya bangun lebih pagi. Tapi... karena mandiin Rara dulu jadi ya datengnya siang2 juga. Secara Rara itu juga nga bisa bangun pagi. Jadi harus dibangunin kalo mo sempet2in mandiin Rara pagi2. Maap yah nak... bukannya bunda mo ganggu. Tapi rugi dunk Bunda kalo nga mandiin Rara pagi-pagi. Kan waktu Rara ma Bunda cuma pagi n malem ajah di hari kerja.

Itu dia tuh yang selalu bikin datang siang. Pagi2 semepet2in mandiin Rara dulu. Secara sayah bekerja, rugi dunk kalo pagi nga maen2 dulu n mandiin Rara sendiri. Kapan lagi waktu bareng nya kalo hari kerja coba. Cuma pagi n malem duank kan. Apalagih kantor sayah bukan kantor yang dateng pake jadwal pagi misal jam 8 pulang jam 4 sore. Tapi ya gitu... kalo mau pagi harus tega2in ganggu bobo nya Rara. dibangunin pagi2. Memang jadwal nya nga seperti bayi lainnya siy. Tidur tengah malam, bangun setengah siang hehehehe. Bukan siang ya... kan belum jam 12 siang :P.

Selamat Tahun Baru 2008 Temans...